Pengunjung

Selasa, 12 November 2019

Lumpia Semarang


Sejarah Lumpia Semarang

Lumpia Semarang merupakan jajanan khas Semarang yang memiliki cita rasa rasa enak. Tak hanya enak, Lumpia Semarang juga terkenal hingga seluruh Indonesia dan sering kali menjadi makanan yang umum dihidangkan pada setiap acara resmi, semi resmi maupun tidak resmi.

Cita rasa Lumpia Semarang adalah perpaduan rasa antara Tionghoa dan Indonesia. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Melansir dari laman Liputan6.com, perpaduan cita rasa menarik dan menggugah selera dari dua negara dan budaya ini bermula dari pembuatan Lumpia oleh pasangan suami istri dari seorang keturunan Tionghoa dan Indonesia yang menetap di Semarang, Jawa Tengah. Ada cerita manis, romantis dan menarik dari Lumpia Semarang.

Cerita tersebut dimulai dari kedatangan Tjao Thay Yoe, seorang pedagang darii Provinsi Fu Kien ke Semarang sekitar tahun 1800. Setibanya Tjao di Semarang, ia pun membuka usaha dagang makanan khas China yakni sejenis martabak yang diisi rebung dan dicampur daging babi yang digulung dengan rasa asin. Tak butuh waktu lama, dagangan Tjao digemari masyarakat Semarang khususnya masyarakat urban China maupun peranakannya.

Untuk usaha dagangnya ini, rupanya Tjao memiliki seorang saingan. Ia adalah Wasi, seorang perempuan Jawa yang menjual makanan sejenis. Hanya saja, martabak Wasi diisi dengan orak-arik yang terdiri dari daging ayam cincang, udang dan telur dengan rasa manis. Walau bersaing dalam berdagang, Djawahir Muhhamad, seorang Sejarawan Semarang menyebutkan jika persaingan dua pedagang ini persaingan sehat.

Lambat laun, keduanya bahkan menjadi sahabat dan saling bertukar resep. Keduanya juga memutuskan menikah dan membuat lumpia perpaduan antara lumpia khas Tionghoa dan lumpia khas Jawa. "Dari persahabatan itu mereka semakin dekat, saking bertukar resep kemudian menikah. Sebagai tanda cinta menyatunya dua budaya itu, Tjao dan Wasi menikah," ungkap Djawahir.

Terbentuknya resep baru ini kemudian menghilangkan semua bahan makanan yang dinilai haram dalam Islam. Adanya daging babi, minyak babi atau sejenisnya diganti dengan daging ayam, udang dan sejenisnya. Untuk bumbu juga diubah. Yang semula rasa lumpia khas TJao asin sementara lumpia khas Wasi manis, resep baru ini memadukan rasa asin maupun manis di dalamnya.

Mengenai cita rasa lumpia buatan Tjao dan Wasi sendiri saat ini masih bisa ditemukan di Semarang. Anak keturunan baik dari Tjao maupun Wasi telah membuka gerai yang menjual lumpia khas keluarga mereka.

0 komentar:

Posting Komentar