Pengunjung

Selasa, 12 November 2019

Mendoan


Sejarah Mendoan Banyumas

Tempe Mendoan berasal dari Banyumas. Kata “Mendoan” sendiri berasal dari kata “Mendo” hal itu adalah bahasa yang asalnya dari Bahasa Banyumasan yang mana artinya setengah matang. Jadi Tempe Mendoan ini digoreng tidak matang melainkan hanya setengah matang saja.

Tempe memang asalnya dari Indonesia. Tidak begitu tau kapan pembuatan tempe ini mulai diproduksi atau dibuat. Akan tetapi meski begitu, makanan tradisional ini sudah cukup populer dan dikenal semenjak berabad – abadn yang lalu, terutama pada tatanan budaya makan masyarakat Jawa, Khususnya di Surakarta dan Yogyakarta.

Pada Bab 3 & Bab 12 Manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa Abad ke-16 (Serat Centhini Sendiri dituliskan di awal abad ke-19) sudah ditemukan kata “Tempe”, Misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe (sejenis makanan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Hal ini merupakan catatan sejarah yang ada yang memperlihatkan jika ada kemungkinan bahwa awal mula tempe diproduksi dari kedalai hitam, yang mana berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa dan kemudian dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah dan mulai berkembang sebelum abad ke-16.

Kata “TEMPE” sendiri diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Di jaman Jawa Kuno ini ada makanan berwarna putih yang dibuat dengan tepung sagu yang mana disebut dengan nama tumpi. Tempe Segar yang juga berwarna putih terlihat mempunyai kesamaan dengan makanan lawas yang bernama tumpi tersebut.

Selain itu ada juga rujukan mengenai Tempe pada tahun 1875 pada sebuah kamus Bahasa Jawa – Belanda. Sumber lain menyebutkan jika pembuatan Tempe diawali pada era Tanam Paksa di Jawa. Dimana kala itu, Masyarakat Jawa dipaksa untuk menggunakan hasil pekarangan, seperti ubi, kedelai, singkong sebagai sumber pangan. Selain itu, ada juga pendapat yang menyebutkan jika tempe mungkin diperkenalkan oleh orang – orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu Koji Kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Dan kemudian, teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh wilayah di Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi di seluruh penjuru Tanah Air.

Dijaman penjajahan Jepang di Tanah Indonesia, para tawanan perang yang diberi makan Tempe terhindar dari penyakit disentri dan juga busung lapar. Sejumlah penelitian yang dikeluarkan di tahun 1940-an hingga 1960-an bahkan juga menyebutkan jika banyak tahanan Perang Dunia II berhasil selamat karena Makanan TEMPE. Menurut Onghokham, Tempe begitu kaya protein yang sudah menyehatkan penduduk Indonesia yang padat dan relatif berpenghasilan rendah kala itu.

0 komentar:

Posting Komentar